Cara Kerja Sistem Pengisian - Cara kerja tata cara pengisian ialah salah satu hal yang mesti dipahami. Cara kerja tata cara pengisian mesti dimengerti alasannya dalam kendaraan tata cara pengisian mempunyai tugas yang sungguh penting. Hal ini sungguh diperlukan dalam proses perawatan dan perbaikan tata cara pengisian.
Kita ketahui bekerjsama tata cara pengisian kendaraan memiliki fungsi untuk mengisi kembali energi listrik pada baterai mudah-mudahan siap digunakan. Selain itu tata cara pengisian juga dipakai untuk menyuplai arus listrik pada beberapa unsur atau tata cara pada kendaraan menyerupai audio dan unsur atau tata cara lainnya.
Sistem pengisian mempunyai beberapa unsur tetapi ada dua unsur penting yakni alternator dan regulator. Alternator ialah generator yang berfungsi untuk merubah putaran dari mesin menjadi energi listrik. Sementara regulator ialah tata cara pengaman pada tata cara pengisian yang memiliki fungsi untuk meregulasi atau meminimalisir tegangan yang dihasilkan oleh alernator mudah-mudahan kondusif untuk dialirkan ke tata cara yang membutuhkan. Dalam hal ini tegangan pengisian dibatasi optimal 13.8 volt. Untuk lebih lengkap perihal fungsi dan unsur tata cara pengsisian telah dibahas pada postingan sebelumnya.
Pada tata cara pengisian kendaraan terdapat dua jenis yakni tata cara pengisian konvensional dan tata cara pengisian ic regulator. Perbedaan keduanya sebetulnya cuma pada penggunaan regulator yang berbeda. Pada tata cara pengisian konvensional menggunakan regulator konvensional atau regulator yang masih menggunakan kontak point. Sementara untuk tata cara pengisisan tipe IC regulator menggunakan regulator yang telah menggunakan transistor selaku pengontrol tegangan yang dihasilkan oleh alternator.
Lalu bagaimana cara kerja tata cara pengisian? Bagaimana cara kerja tata cara pengisian tipe konvensional? Bagaimana cara kerja tata cara pengisian tipe IC regulator? Semua hal tersebut akan dibahas pada postingan berikut ini.
Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional
Cara kerja tata cara pengisian konvensional sebetulnya tidak terlampau rumit dan sama menyerupai tata cara pengisian tipe IC regulator. Yang sedikit berlawanan yakni proses regulasi tegangan hasil dari alternator. Berikut ialah cara kerja tata cara pengisian konvensional:
1. Kunci Kontak On Mesin Mati
Saat kunci kontak on tetapi mesin belum dinyalakan, maka keadaan alternator tepatnya pada rotor coil timbul kemagnetan. Saat kunci kontak di On kan maka anutan arus akan mengalir melalui:
Baterai→ Fusible Link→ Kunci Kontak → Fuse → Lampu Indikator → Terminal L Regulator → Terminal P0 → P1 → Massa.
Hal ini memicu lampu indikator pengisian akan menyala. Selain lampu menyala, anutan arus juga akan mengalir melalui:
Baterai→ Fuse → Terminal IG Regulator → Terminal PL1 → Terminal PL0 → Terminal F Regulator → Terminal F Alternator → Massa.
Pada keadaan ini maka pada pecahan rotor koil terjadi kemagnetan. Namun dikarenakan belum ada magnet yang memotong medan magnet rotor maka belum timbul arus pengisian.
Terminal N Alternator → Terminal N Regulator → Voltage Relay → Massa
Baterai→ Fusible Link→ Kunci Kontak → Fuse → Lampu Indikator → Terminal L Regulator → Terminal P0 → P1 → Massa.
Hal ini memicu lampu indikator pengisian akan menyala. Selain lampu menyala, anutan arus juga akan mengalir melalui:
Baterai→ Fuse → Terminal IG Regulator → Terminal PL1 → Terminal PL0 → Terminal F Regulator → Terminal F Alternator → Massa.
Pada keadaan ini maka pada pecahan rotor koil terjadi kemagnetan. Namun dikarenakan belum ada magnet yang memotong medan magnet rotor maka belum timbul arus pengisian.
2. Mesin Berjalan Kecepatan Lambat
Pada di saat mesin menyala dengan kecepatan lambat maka yang semula belum ada yang memotong medan magnet rotor, kini telah ada alasannya stator telah berputar. Oleh alasannya itu tata cara pengisian telah terjadi pengisian. Pada di saat mesin berputar maka pada terminal N alternator telah timbul arus untuk pengisian. Kemudian dialirkan menuju:Terminal N Alternator → Terminal N Regulator → Voltage Relay → Massa
Maka voltage relay menjadi magnet. Hal ini mengkibatkan Terminal P0 terhubung dengan P2 sehingga lampu indikator akan mati alasannya tidak memperoleh massa atau ground. Pada terminal B alternator juga timbul arus tetapi telah dirubah menjadi DC oleh beberapa pasang dioda alternator. Namun alasannya arus yang dihasilkan kecil maka voltage regulator belum timbul kemagnetan yang mempunyai pengaruh sehingga PL0 masih bermitra dengan PL1. Namun dalam keadaan tetap terjadi pengisian dikarenakan rotor koil menciptakan kemagnetan yang besar alasannya pribadi memperoleh tegangan dari baterai tanpa melalui persoalan R. Arus akan mengalir melalui:
Baterai→ Fuse → Terminal IG Regulator → Terminal PL1 → Terminal PL0 → Terminal F Regulator → Terminal F Alternator → Massa.
3. Mesin Berjalan dengan Kecepatan Sedang
Pada di saat kecepatan sedang atau gas ditekan sedikit maka tata cara pengisian masih melakukan pekerjaan nyaris sama dengan pada di saat kecepatan idle. Namun ada beberapa yang sedikit berbeda, akhir dari putaran mesin yang bertambah maka putaran stator juga akan bertambah yang memicu tegangan yang dihasilkan pada terminal B akan bertambah. Tegangan pada terminal B bertambah maka arus yang mengalir pada voltage regulator juga bertambah sehingga kemagnetan bertambah. Terminal PL0 akan terpikat dan mengambang akhir kemagnetan voltage regulator yang belum bisa menawan PL0 secara keseluruhan. Hal ini akan memunculkan anutan arus:Baterai→ Fuse → Terminal IG Regulator → Hambatan → Terminal F Regulator → Terminal F Alternator → Massa.
Hal ini akan memicu kemagnetan pada rotor coil akan menurun akhir anutan arus pada rotor koil juga menurun oleh adanya persoalan R. Namun dikarenakan putaran dari stator bertambah, hal ini akan memicu arus pengisian yang dihasilkan akan tetap stabil.
4. Mesin Berjalan dengan Kecepatan Tinggi
Pada di saat kendaraan berlangsung dengan kecepatan tinggi maka putaran mesin akan bertambah tinggi juga. Hal ini akan memicu putaran stator tinggi juga sehingga tegangan pengisian akan naik. Tegangan pengisian akan mengalir ke voltage regulator dan memicu kemagnetan mempunyai pengaruh sehingga PL0 akan bermitra dengan PL2. Akibatnya arus akan mengalir dariBaterai→ Fuse → Terminal IG Regulator → Hambatan → PL0 → PL1 → Massa.
Akibatnya tidak terjadi kemagnetan pada rotor coil. Hal ini akan memicu arus pengisian pada terminal B akan menurun sehingga tidak terjadi overcharging yang sanggup memicu kerusakan pada baterai. Ketika arus pengisian melemah maka kemagnetan pada voltage regulator juga melemah sehingga PL0 kembali melekat pada PL1 sehingga timbul tegangan pengisian kembali. Hal ini akan terjadi secara berulang-ulang untuk mengamankan tata cara pengisian.
Sistem pengisian konvensional masih mempergunakan regulator kontak point. Oleh alasannya itu di saat kontak point aus akhir arus yang mengalir secara terus menerus maka pengisian yang dihasilkan akan menurun. Perawatan terstruktur sungguh diperlukan untuk tata cara pengisian konvensional.
Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator
Selain tata cara pengisian konvensional masih ada lagi tata cara pengisian tipe IC regulator. Sistem pengisian ic regulator menggunakan regulator tipe transistor. Prinsip kerjanya sebetulnya sama dengan regulator kontak point, cuma merubah pecahan kontak point yang melakukan pekerjaan mekanis dengan transistor yang melakukan pekerjaan secara elektronik. Berikut merupakan cara kerja tata cara pengisian IC regulator:1. Kunci Kontak ON Mesin Mati
Saat kunci kontak di posisikan ON tetapi mesin belum dihidupkan maka arus dari baterai mengalir melalui:
Baterai → sekering → kunci kontak → terminal IG → MIC.
Arus yang masuk ke MIC akan diteruskan ke kaki basis (B) transistor (Tr1) kemudian ke terminal E Tr1 kemudian massa. Hal ini memicu Tr1 menjadi ON. Pada di saat yang serupa arus juga mengalir ke terminal B Tr3 → terminal E Tr3, kemudian ke massa. Akibatnya Tr3 menjadi ON. Ketika transistor TR1 dan Transistor TR3 aktif, maka sketsa anutan arusnya akan menjadi selaku berikut:
Baterai → terminal B → kumparan rotor (rotor coil) → terminal F → C Tr1 → E Tr1 → Massa.
Dengan sketsa anutan arus menyerupai itu maka memicu timbulnya medan magnet pada kumparan rotor. Sementara itu aktifnya transistor TR3 memicu lampu indikator pengisian menyala. Aliran arusnya selaku berikut:
Baterai → kunci kontak → lampu pengisian → terminal L regulator → kaki C Tr3 → E Tr3→ massa.
2. Saat Tegangan Pengisian Kurang dari 14 Volt
Saat mesin menyala maka stator sanggup berputar dan memotong medan magnet yang dihasilkan oleh rotor. Akibatnya timbul arus pengisian pada stator dan disearahkan oleh dioda. Arus pengisian kemudian diteruskan ke terminal P dan dimasak oleh MIC untuk mengalirkan arus basis TR2 sehingga TR2 aktif dan menghentikan arus basis pada TR3 sehingga TR3 mati. Hal ini akan memicu lampu pengisian mati alasannya tidak memperoleh massa. Selain itu aktifnya TR2 juga berfungsi untuk tetap mematikan lampu dengan menyamakan tegangan masuk dan tegangan keluar. Aliran arusnya yaitu:Baterai → Kunci Kontak → Terminal IG → Emitter Tr2 → Collector Tr2 → terminal L → lampu pengisian
Apabila tegangan yang dihasilkan alternator kurang dari 14 V, maka terminal S tidak mendeteksi adanya kelebihan tegangan. Oleh alasannya itu arus yang mengalir ke rotor dipertahankan untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan rotor sehingga tidak terjadi tegangan drop. Aliran arusnya yaitu:
Arus pengisian → rotor → terminal F → Collector Tr 1 → Emitter Tr1 → massa. (Basis TR1 tetap dialiri arus oleh MIC)
3. Saat Tegangan Lebih dari 14 Volt
Saat kendaraan berlangsung lebih kencang maka putaran mesin juga akan bertambah cepat. Hal ini akan memicu tegangan pengisian naik melampaui 14 volt sehingga sanggup memicu kerusakan pada tata cara pengisian khususnya baterai. Oleh alasannya itu diperlukan tata cara keselamatan pada tata cara pengisian. Pada di saat arus pengisian lebih dari 14 volt maka tegangan akan bisa menembu diode zener pada terminal S sehingga MIC memperoleh trigger atau sinyal. MIC kemudian mematikan kemagnetan pada rotor coil lewat TR1. Aliran arusnya selaku berikut:
Baterai → Terminal S → MIC (TR1 di offkan)
Terminal P → MIC → TR2 → Lampu indikator (dijaga dalam keadaan mati)
Dengan menetralisir kemagnetan pada rotor coil maka arus pengisian diturunkan untuk sesaat hingga dibawah 14 volt. Ketika arus pengisian dibawah 14 volt maka arus tidak dapat menembus diode zene sehingga MIC kembali mengalirkan arus ke basis TR1 (ON) sehingga arus dari rotor coil sanggup mengalir ke massa (rotor timbul kemagnetan). Adanya kemagnetan pada rotor coil maka stator sanggup menciptakan arus pengisian. Hal ini akan terjadi secara berulang-ulang selaku tata cara keselamatan atau regulasi pada tata cara pengisian.
Diatas ialah pembahasan perihal cara kerja tata cara pengisian. Pembahasan mulai dari cara kerja tata cara pengisian konvensional serta cara kerja tata cara pengisian IC regulator.
Posting Komentar
Posting Komentar